Kamis, 24 Desember 2015

Bagaimana cara untuk bahagia?



Bagaimana cara untuk bahagia?

Kembali ke masa kecil, dimana bahagia sesederhana mendapat teman baru. Dan bahkan sesederhana mendapat nilai 100 di ulangan matematika.
Indahnya masa kecil, dimana bahagia tidak selalu terfokus pada orang lain. Dimana hati tidak dipenuhi oleh rasa dengki. Yes, we've our own happiness.
Jadi, sebenarnya apa yang membuat kita tidak bahagia?
Jawabannya banyak. Tapi sekali lagi, rasa dengkilah yang paling berbahaya. Ia bagai racun, yang perlahan tapi pasti menggerogoti tubuh manusia.
Menjadi yang terbaik dan paling baik dibanding orang lain memanglah tidak salah. Tapi, mengapa kita tidak mencoba untuk bersyukur dengan apa yang kita miliki dan kemudian belajar menjadi yang terbaik untuk diri sendiri?
Bukankah mampu melampaui batas kemampuan diri sendiri akan lebih menyenangkan, dibanding melampaui kemampuan orang lain?
Sebenarnya indikator kebahagiaan setiap individu, tergantung pada masing-masing individu itu sendiri.
Lalu mengapa, kebahagiaan kita masih berpacu pada orang lain?
Selalu menganggap keberhasilan yang diperoleh orang lain hanya sebuah kebetulan saja atau bisa dikatakan sebuah keberuntungan, tidak disadari bahwa kita baru saja telah meremehkan kemampuan dan usaha orang tersebut.
Karena kita tidak pernah tahu, seberapa keras usaha yang telah dilakukannya.
Harus kita sadari dan pahami bersama, bahwa tidak ada kebetulan yang terjadi berkali-kali. Mungkin yang pertama kali, dia beruntung. Tapi untuk yang kedua dan ketiga kalinya, apakah masih faktor keberuntungan saja?
Sungguh naif, bila kita tetap tidak mengakui kemampuan orang tersebut.
Padahal, sebuah keberuntungan tidak mungkin bisa terjadi hanya karena faktor kebetulan saja.
"Anytime you see someone more successful than you are, they are doing something you aren't"  - Malcom X
Jadi, jangan lupa bahagia.

Kamis, 25 Juni 2015

Assalamu'alaikum Ramadhan

Assalamu'alaikum Ramadhan.

Ramadhan, akhirnya kau datang juga. Sudah lama, aku merindukan kehadiranmu. Kamu, dengan segala cerita dan kehangatanmu.

Ramadhan, kau selalu datang dengan membawa sejuta arti. Tentang kehidupan.

Ramadhan, ingin aku bercerita kepadamu. Tentang aku, yang lalai di bulan-bulan sebelummu. Aku, yang terlalu banyak dosa. Aku, yang terlalu sibuk dengan dunia.

Ah, malu diri ini rasanya menceritakan semua ini padamu wahai Ramadhan.

Ramadhan, hati ini rasanya sudah terlalu lama kosong. Jiwa ini, seakan entah berada dimana.

Ramadhan, engkau selalu datang dengan membawa kesejukan. Dengan aku, yang seolah mendadak berubah. Aku, yang lebih mencoba mendekatkan diri, untuk lebih mengenalNya.

Ramadhan, hehadiranmu seolah menjadi pengingatku. Akan dosa yang telah banyak aku perbuat.

Malu rasanya diri ini. Mengingat tentang aku, yang tidak banyak berubah setelah kepergianmu ditahun-tahun lalu.

Tapi kau sungguh baik hati, Ramadhan. Tak bosan-bosannya kau hadir kembali dan selalu datang menyapaku. Mengingatkan ku, bahwa aku sudah terlalu lama lalai. Dan aku harus kembali mengingatNya.

Ditengah hening malammu Ramadhan, aku selalu berdoa. Agar aku bisa menjadi manusia baru, manusia yang lebih baik setelah kepergianmu.

Agar Insyaa Allah ditahun depan, aku bisa lebih siap dalam menyambut kehadiranmu, wahai Ramadhan.

Ramadhan, terimakasih telah hadir kembali ditahun ini.

Ya Rabb, pertemukanlah aku kembali dengan RamadhanMu ditahun depan. Dengan keluarga dan juga orang-orang yang aku sayangi.

Ampunilah diri kami, yang terlalu lama lalai diwaktu yang telah Engkau berikan. Sayangilah kami. Terimalah amal ibadah kami. Dan pertemukanlah kami bersama orang-orang sholeh, di Surga yang telah Engkau janjikan.

Wahai Engkau yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Aamiin..

Kamis, 19 Februari 2015

Hidup Terkadang Memang Selucu Itu

Setiap harinya, kita selalu dihadapkan dengan banyak hal baru yang dengan sengaja ataupun tidak, mampir didalam hidup kita. Seakan kita selalu diajak untuk tumbuh menjadi seorang pribadi yang baru. Menjadi pribadi yang mereka sebut dewasa.

Tapi entah mengapa, kita seakan menolak untuk tumbuh. Seolah kita sudah terlalu nyaman menjadi diri kita yang lama. Diri kita yang sama, yang jauh dari kata dewasa.

Untuk sebagian atau mungkin hanya beberapa orang, kata dewasa mungkin menjadi hal yang sangat menakutkan. Manusia dengan sekelumit permasalahannya. Ya, mungkin kalimat tadi adalah gambaran singkat tentang "dewasa" bagi beberapa orang.

Padahal hidup itu memang selalu dihadapkan dengan masalah. Tapi, kita kadang terlalu fokus terhadap masalah, masalah, dan masalah. Seolah ketika kita mendapati suatu masalah, hidup kita akan segera berakhir. Kita merasa menjadi orang paling malang yang pernah ada di muka bumi. Bahkan kita merasa hidup ini tidak adil, seakan semesta memang tidak mendukung untuk kita tetap tinggal di Bumi.

Hal-hal tersebut membuat kita seakan lupa, bahwa hidup juga menyediakan berbagai macam jawaban dari masalah-masalah tersebut.

Hal-hal baik akan selalu hadir dalam hidup kita. Hal-hal buruk pun demikian. Tapi, tak selamanya hal buruk akan tetap menjadi hal buruk begitu pula dengan hal baik. Kita, selalu bisa belajar atas apapun yang terjadi dalam hidup. Bahkan pada hal yang sesederhana mungkin.

Sebagai manusia, kita pasti pernah mengalami patah hati sepatah patahnya orang patah hati? Atau mungkin mengalami rasa sedih sesedih sedihnya orang yang lagi sedih? Dan merasa sendiri padahal lagi ada dikeramaian? Merasa ditertawakan oleh hidup? Bahkan pada hal yang kita tidak tahu apa penyebabnya?

Aku, sering.

Hidup terkadang memang selucu itu. Maka dari itu, aku malah lebih sering memilih untuk menertawakannya. Ya, karena memang selucu itu.

Mungkin mereka berfikir, tidak benar aku mempunyai masalah yang lebih berat dari yang mereka miliki. Karena setiap orang sakit hati pasti selalu berpikir, bahwa masalahnyalah yang paling berat di muka bumi ini.

Tapi itu salah. Ya.. mungkin saja juga benar. Yang jelas, aku memang lebih pandai untuk bersembunyi, dibanding menceritakan apa yang aku rasakan, yang belum tentu mereka akan paham.

Bersembunyi, bukan berarti kita menjadi seorang pengecut atau pecundang. Terkadang itulah caraku untuk menghargai diriku sendiri.

Karena, tidak semua hal harus kita ceritakan pada dunia. Mereka belum tentu akan mengerti. Bahkan mungkin mereka hanya akan menertawakan.

Cara pandang setiap orang pada kehidupan memang selalu berbeda. Kita tidak bisa memaksakan mereka untuk selalu bisa mengerti akan diri kita.

Adakalanya kita harus bisa mengalah pada ego. Berdamai pada diri sendiri. Mengerti, bahwa kita diciptakan memang berbeda.

Seperti pelangi, yang indah karena adanya perbedaan warna.

Dan kita berbeda, tentunya untuk membuat hidup ini lebih berwarna dan menjadi lebih indah. 