Postingan
kali ini saya bakal ngebahas soal ujian yang katanya sih nasional.
Kenapa ngebahas UN?
Ya
walaupun udah lewat tapi sampai sekarang masih aja membekas dihati
diotak. Berhubung nggak enak banget disimpan diotak sendiri dan takutnya
lama-lama jadi berasap, jadi yaaaa iseng deh nulis ginian.
source: google. |
Ya
seperti yang telah sama-sama kita ketahui, untuk melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi, kita harus melewati sebuah ujian hidup (secara
nasional) diakhir semester ditingkat sekolah sebelumnya. Ujian sejenis ini
biasanya kita namakan “UJIAN HIDUP NASIONAL” atau yang biasa kita
singkat dengan UN. Nah Alhamdulillah, ujian semacam ini baru saja saya lewati. *drum
roll*
Berbeda
dengan UN ditahun-tahun sebelumya, UN SMA ditahun 2013 ini penuh dengan hal-hal
yang ironis persis kayak sinetron cinta fitri. Dari mulai kualitas
kertas LJK (Lembar Jawab Komputer) yang udah kayak bungkus gorengan tipis,
tertukarnya soal, sampai yang parah lagi yaitu keterlambatan distribusi soal
disebelas propinsi *gebrak meja*. Gimana bisa yang namanya UJIAN NASIONAL tapi
ada sebelas propinsi yang ujiannya mundur? Apakah masih pantas disebut sebagai
UJIAN NASIONAL? #ifyouknowwhatimean.
Ya namanya juga sebagai kelinci percobaan pemerintah siswa ya cuma bisa
nerima. Yaudah terima aja. Yaudahhhhhhhhhhh… *emot sedih*
Selain
yang udah ditulis diatas, ada satu lagi nih yang menjadi momok bagi para
peserta UN. Ya tak lain dan tak bukan adalah jumlah paket UN sebanyak 20 paket
ditambah 1 soal cadangan. Dimana dalam satu ruangan soal satu peserta dengan
yang lainnya tidak ada yang sama. Sebenernya hal ini bukan menjadi masalah
karena katanya (nggak tahu juga) tingkat kesulitan soalnya itu ya sama. Jadi,
bagi peserta UN yang nggak ada niat mau nyontek ya jelas nggak ada masalah. Toh
kalaupun soalnya sama dia juga mau ngerjain sendiri. True?. Tapi nggak tahu juga sih ya bagi yang mau………………ah sudahlah.
Tapi,
menurut saya yang menghawatirkan itu ya kalau sampai LJK rusak pas di
pertengahan jam yang berarti harus diulangi mikir dari awal. Siapa yang mau
coba, ngerjain sekali aja udah cukup buat pengen muntah ditempat pusing,
apalagi suruh ngulang mikir dari awal
*mati*. FYI lembar soal sama LJK yang kayak bungkus gorengan tipis itu
nyatu karena pake barcode yang tujuannya buat meminimalisir tingkat kecurangan tapi
nyatanya tetep aja tuh dan buat misahinnya ya misahin sendiri lah. Hal
tersebut tidak menutup kemungkinan terjadinya kerusakan pada kertas buram
LJK. LJK tahun ini emang agak sensitif, lebih sensitif dari cewek yang lagi
dapet. Ya saya sih mikir positif aja, mungkin LJK juga ingin diperlakukan
dengan lebih manusiawi. Ya namanya juga idup. #LJKingindimengerti #pukpukLJK. Dan Alhamdulillah,
kekhawatiran tersbut tidak terjadi. *tepuk tanggan*
Ya
overall sih UN bisa saya lalui dengan jujur ya kalau ada yang nggak bisa,
tinggal milih jawaban yang paling bersinar. Alhamdulillah. Walaupun godaan
selalu berdatangan tapi keputusan buat jujur udah bulat.
Karena apa?
KEJUJURAN ADALAH MATA UANG YANG BERLAKU
DIMANA SAJA.
Tentu pernah dengerkan kata-kata itu? Itu
bukan saya kok yang buat. Yang jelas kalimat sederhana yang singkat itu
memiliki makna yang dalam bagi saya sendiri.
Namanya
sekolah, terus nyontek, ya jelas pernah. Iya pernah. Nggak munafik kok. Tapi
untuk kali ini bener-bener nggak berani. Karena dalam diri saya semacam ada
tanggung jawab besar atas apa yang udah diusahakan selama ini. Mulai dari
berangkat pagi-pagi kesekolah buat tambahan pelajaran. Belajar sampai larut
malam bahkan tak jarang sampai ketiduran. Diskusi bareng temen-temen. Sampai
belajar kelompok. Bedanya, saya nggak punya kesempatan buat les privat ke guru
mapel ataupun les di Bimbingan Belajar karena mahal. Dan kayaknya nggak
banget kan ya ngegantungin nyawa masa depan dari seekor secarik
kertas contekan. Apalagi inget semua yang udah dikorbanin.
Satu
lagi yang membuat saya mempunyai tekat yang bulat buat nggak ikutan “yang
lainnya” yaitu dalam hal apapun, termasuk ketika akan menghadapi ujian
nasional, kita pasti melibatkan peran Allah SWT didalamnya. Bahkan kita selalu
memohon pertolongannya. Nah, the point is… ketika
dalam proses memohon pertolongan tersebut namun kita masih tetap melakukan apa
yang tidak Allah sukai, bukannya itu sama saja dengan mengkhianati Allah?
Saya
percaya kok pepatah yang ngomong “Barang siapa yang bersungguh-sungguh, maka ia akan berhasil” ya… “Man
Jadda Wajada”. Insya Allah.
Tapi
yang paling bikin nyesel dari pelaksanaan UJIAN HIDUP NASIONAL kemarin
sih Cuma satu. Iya. Nggak sempet foto didalem ruang ujian. Hahaha.. yakan
sekali seumur hidup tuh ngalamin yang namanya UN SMA, makanya pengen ada
kenang-kenangannya gitu. Harusnya pengawasnya pengertian. Ya, motion gitu.
Tapi nggak mungkin juga kok momen UJIAN HIDUP NASIONAL tahun ini dengan
berbagai macam suka dan duka bakal mudah terlupa begitu aja. Dan tentunya akan
selalu terkenang di hati sanubari memori otak kita.
Yaudah
deh segitu aja. Bukannya menggurui. Niatnya cuma pengen berbagi cerita aja kok.
Maaf kalau ada perkataan yang tidak mengenakan. Dan semoga bisa bermanfaat.
Aamiin…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar