Sabtu, 25 Mei 2013

Pengumuman Kelulusan


 Jum’at, 24 Mei 2013.


Hari yang dinanti-nantikan pun tiba.

Ya hari yang paling dinantikan khususnya oleh para pelajar SMA/SMK se-Indonesia. Dimana dihari itu akan diumumkan mengenai hasil jerih payah mereka selama beberapa bulan belakangan ini. Hari dimana akan segera diketahui ‘bagaimana nasib kita, setelah belajar selama 3 tahun yang dengan SADISNYA hanya ditentukan dalam waktu 4 hari’.


H-1 Pengumuman hasil UN

H-1, rasa deg-degannya semakin parah. Semakin nggak manusiawi. Sebenernya sih awalnya biasa aja. Iya, masih bisa nyante. Tapi setelah buka twitter yg niatnya buat ngilangin stress, eh malah jadi makin kepikiran. Timeline semakin nggak bisa diajak nyante. SADIS. Paraaaaaaaaahhh.

Ya, semua orang ditimeline pada heboh soal pengumuman. Yang niat awalnya mau ngilangin stress malah…yes, jadi sukses galau. #pukpuk

Malem harinya, timeline makin panas. Iya, panas. Nggak tahu kenapa, tapi emang panas. Bikin nggak nyante. Dan kemudian inget kalau emang lagi ngetwit dideket kompor. Oke. #abaikan

*kembali fokus*

Malem harinya deg-degannya semakin parah. Timeline udah pada kepo soal kelulusan. Dan seperti biasa, kabar-kabar burung pun mulai berterbangan. Ya namanya juga kabar burung. Nggak tentu bener. Dan biasanya sih cuma hoax. Iya. Cuma numpang lewat. Bikin heboh. Kalau udah berhasil bikin heboh, ya terbang. Iya terbang. Alias ilang. Tapi anehnya, berita yang belum yentu benerpun kadang masih suka dipikirin. Padahal kan udah tahu kalau sumbernya nggak jelas. Dan kerennya, saya pun masih suka ngikutin kabar burung tersebut. #hasratkepo

Dan ternyata, nggak cuma berita-berita hoax aja yang beredar disaat-saat horror kayak gini. Tapi juga sms-sms kutukan pun mulai berceceran. Ini yang namanya lawak. Yang bikin aneh, sms kayak gitu masih suka dipercaya juga sama orang-orang. Buktinya inbox hape saya penuh tuh sama sms begituan.

Tapi kadang nggak mesti kutukan sih isinya. Bisa juga kadang mendoakan temennya. Daaaan tetep diakhir sms ada tulisan: “Sebarkan ke teman-teman kamu. Yang nggak nyebarin, berarti dia sombong karena nggak mau saling mendoakan”.

Baiklah, mari kita telaah kalimat tersebut.

Pertama, disini saya baru ngerti kalau yang namanya sombong yaitu orang yang nggak mau nyebarin sms ke temen-temennya. Padahal setahu saya, yang namanya sombong itu ya orang yang membanggakan diri sendiri, selalu menganggap dirinya lebih baik dari orang lain dan terkesan suka merendahkan orang lain. Jadi bukan orang yang nggak mau nyapa pas ketemu dijalan ya, apalagi yang nggak nyebarin sms. Karena kita nggak tahu, bisa jadi orang yang kita sms lagi nggak ada pulsa mungkin? Ya kan kita nggak tahu. Jadi nggak boleh langsung ngejudge. Kalau saya sih walaupun ada pulsa, tetep males nyebarin sms yang kayak gitu. Bukannya sombong ya, toh saya nggak membanggakan diri sendiri. =)

Kedua, yang namanya saling mendoakan, tentu itu adalah hal yang sangat baik. Tapi bukan berarti mendoakan itu cuma lewat nyebarin sms ya. Kalau cuma kayak gitu mah sama aja bohong. Lagian kan dengan tidaknya kita nyebarin sms bukan berarti kita nggak mendoakan temennya kan?


Oke lanjuuut…

Walau deg-degan, tapi Alhamdulillah malem itu rasa deg-degan nggak berhasil  membuat saya insomnia. Daaaaaaaaan alhasil seperti biasa bisa sukses tidur selama tujuuuuuhhh jam. *tepuk tangan*


24 Mei 2014

Tibalah saatnya deg-degan ini mencapai klimaks. Terlebih pengumuman kelulusan yang awalnya diumumkan jam 9.00 WIB diralat jadi jam 16.00 WIB. Kita seakan dikasih waktu lebih banyak buat lebih sabar. Iya,semacam tes penguji kesabaran. Dimana-mana, di kota-kota lain udah pada teriak-teriak lulus. Sedangkan saya? Masih harus sabar nunggu sore.

Sore hari pun tiba. Bersama Ibu, saya bergegas menuju sekolah. Ternyata belum banyak warga XII IPA 3 yang sudah hadir disana. Dan tak lama kemudiaaaaaannnn… wali kelas kami, Pak Sutarno pun mulai melangkah menuju kelas dengan membawa setumpuk kertas yang sudah pasti itu adalah hasil yang akan dibagikan. Deg! Horror moment pun dimulai.

Singkat, satu persatu dari orang tua murid itu pun keluar. Dan memberikan secarik kertas bertuliskan kata-kata LULUS kepada anaknya. Hingga tibalah nama saya dipanggil. Saya cuma bisa melihat dari luar kelas. Ibu pun keluar dari kelas dan menunjukan hasilnya kepada saya.

sengaja tulisan dibawahnya nggak difoto. #sikap

Ya… Alhamdulillah… dikertas itu tertera tulisan LULUS. Tapi setelah lihat kebawah… agak sedikit kecewa sih sama nilainya, karena kurang sesuai sama yang diharapkan. Tapi saya ingat Allah is the best planner. Kalau dipikir-pikir lagi, buat apa sih kecewa sama hasil yang dicapai dari usaha sendiri? Lagian mereka yang memperoleh nilai lebih tinggi dari hasil ketidak jujuran juga belum tentu mampu mempertanggung jawabkan hasil tersebut kan? Disini saya coba terus menasehati diri sendiri. Ya setidaknya saya lebih pantas bangga atas hasil kerja keras dan kejujuran, yang Insya Allah akan membawa berkah tersendiri. Aamiin…

Dan kelulusan hari itu pun saya lewatkan dengan biasa saja. Hanya dengan ucapan syukur. Ucapan Alhamdulillah. Tanpa adanya corat-coret seragam, konvoi ataupun hal sejenisnya yang tidak membawa manfaat sedikitpun. Karena jauh dari sebelum naik kelas XII, saya suka miris sendiri sama perayaan kelulusan yang sejenis itu. Baru aja lulus dari sekolah, tapi udah lupa sama apa yang udah dipelajarin selama disekolah. Terlebih soal sopan santun. Iya. Baru dinyatakan lulus, langsung deh udah kayak nggak pernah disekolahin. Tapi banyak juga sih yang nggak sekolah tapi punya sopan santun. Ya… itu sih pendapat saya sendiri. Tapi ya memang, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

setuju.



LULUS bukanlah akhir dari pencapaian sebuah tujuan. Tapi, LULUS adalah sebuah langkah awal untuk menghadapi sebuah dimensi yang baru. Ibaratnya, kita cuma baru saja berhasil melewati sebuah kerikil. Tapi dalam hidup, tentunya masih banyak kerikil-kerikil yang dengan setia menunggu untuk kita lewati.

Dari sini saya belajar. Untuk mencapai apa yang kamu cita-citakan, ternyata nggak cukup dengan sekedar usaha yang kadang masih diliputi penyakit malas. Tapi harus ada usaha yang lebih, lebih dan lebih. Tanpa kenal lelah. Dan harus lebih dan lebih lagi mendekatkan diri sama Allah. Minta dimudahkan. Tentunya semua itu harus dilandasi dengan rasa ikhlas, tanggung jawab dan tentunya kejujuran yang paling utama. Dan itu sudah menjadi hukum mutlak.


Yap… sekian dulu postingan kali ini. Dan seperti biasa, mohon maaf kalau ada perkataan yang kurang mengenakan.


Wassalamu’alaikum…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar